SISTEM PENCERNAAN AVES
Disusun Oleh (Kelompok 4) :
1. Amanda Gita Prameswari (12030654002)
2. Jannatin Aliyah (12030654005)
3. Luluk Imasnuna (12030654024)
4. Saif Rachmat Arif (12030654033)
5. Indah Kurniati (12030654043)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN IPA A 2012
2014
A. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah sebuah
proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup memroses sebuah zat, dalam
rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi.
B. Organ Pencernaan pada Aves
Organ pencernaan pada aves terbagi atas
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan dari avs, misalnya burung
bermacam-macam yaitu biji-bijian, buah-buahan, dan hewan kecil. Keterangan
organ pencernaan sebagai berikut.
1. Saluran
Pencernaan pada Aves
a. Mulut
Aves tidak mempunyai bibir, lidah,
pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan
tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi
seperti engsel (North, 1978). Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak
panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi
untuk mendorong makanan ke kerongkongan sewaktu lidah digerakkan dari depan ke
belakang (Akoso, 1993). Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan.
Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas
makanan untuk mempermudah masuk ke kerongkongan
(Nesheim et al., 1979). Di dalam mulut tidak diproduksi
amilase (Nesheim et al., 1972). Air diambil dengan cara menyendok saat
minum dengan menggunakan paruh dan masuk ke dalam kerongkongan setelah kepala
menengadah dengan memanfaatkan gaya gravitasi (North, 1978).
b. Kerongkongan (oesophagus)
Kerongkongan (oesophagus) merupakan saluran
memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan jalan makanan dari mulut
sampai permulaan tembolok dan perbatasan faring pada bagian atas dan kelenjar
lambung pada bagian bawah (North, 1978). Fungsi kerongkongan adalah menyalurkan makanan ke tembolok (Sarwono, 1988).
Dinding kerongkongan dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan
untuk masuk ke tembolok.
c.
Tembolok (crop)
Tembolok (crop) mempunyai
bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari kerongkongan. Pada bagian dindingnya
terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk
melembekkan makanan. Tembolok
berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke
kelenjar lambung (Nesheim et al., 1979).
Pakan unggas yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam
tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso,
1993). Hal ini disebabkan pada tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan
getah yang berfungsi untuk melunakkan makanan (Sudaryati, 1994).
d.
Kelenjar lambung (proventriculus)
Kelenjar
lambung (proventriculus) merupakan perbesaran
terakhir dari kerongkongan dan
merupakan kelenjar lambung sejati dari ayam. Juga merupakan kelenjar, tempat
terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam
klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein (Nesheim et
al., 1979). Sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar
lambung begitu makanan melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis (Akoso,
1993). Karena makanan berjalan cepat dalam jangka waktu yang pendek di
dalam kelenjar lambung maka
pencernaan pada material makanan secara enzimatis sedikit terjadi (North,
1978).
e.
Empedal (gizzard atau ventriculus)
f.
Usus halus (intestinum tenue)
Usus halus (intestinum
tenue) memanjang dari empedal sampai usus
besar dan terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Duodenum berbentuk huruf V dengan bagian pars descendens sebagai
bagian yang turun dan bagian pars ascendens sebagai bagian yang naik.
Menurut Akoso (1993) selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot
yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran
pakan dan memperluas permukaan penyerapan nutrien. Pada bagian duodenum
disekresikan enzim pankreatik yang berupa enzim amilase, lipase dan tripsin.
Ada beberapa enzim yang dihasilkan oleh dinding sel dari usus halus yang dapat
mencerna protein dan karbohidrat (North, 1978). Pencernaan pakan ayam di dalam
usus halus secara enzimatik dengan berfungsinya enzim-enzim terhadap protein
lemak dan karbohidrat. Protein oleh pepsin dan khemotripsin akan diubah menjadi
asam amino. Lemak oleh lipase akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Karbohidrat
oleh amilase akan diubah menjadi disakarida dan kemudian menjadi monosakarida.
g.
Usus buntu (ceca)
Usus buntu (ceca) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon
tinja (Akoso, 1993). Fungsi utama usus
buntu secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat
sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air (North, 1978). Di
dalamnya juga terjadi pencernaan serat oleh aktivitas mikroorganisme (Nesheim et
al., 1979).
h.
Usus besar (intestinum crassum atau rektum)
Usus besar (intestinum crassum atau rektum) berupa
saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter usus halus dan berakhir pada kloaka (North, 1978). Usus besar
paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan kloaka
(Akoso, 1993). Pada usus besar
terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh
dan mengatur keseimbangan air pada unggas (North, 1978).
i.
Kloaka
Kloaka
merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka
merupakan lubang pelepasan sisa-sisa pencernaan, urin dan merupakan muara
saluran reproduksi (North, 1978). Air kencing yang sebagian berupa endapan asam
urat dikeluarkan melalui kloaka bersama tinja
dengan bentuk seperti pasta putih (Akoso, 1993). Pada kloaka terdapat tiga
muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai muara saluran kencing dan
kelamin, coprodeum sebagai muara saluran makanan dan proctodeum
sebagai lubang keluar dan bagian luar yang berhubungan dengan udara luar
disebut vent (Nesheim et al., 1979). Kloaka pada bagian terluar
mempunyai lubang pelepasan yang disebut vent, yang pada betina lebih
lebar dibanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur (North, 1978).
![]() | ||||||||
Gambar 1 : Organ pencernaan burung Sumber : http://wandylee.wordpress.com |
2.
Kelenjar Pencernaan pada Aves
Pada
saluran pencernaan aves juga terdapat organ tambahan yang mempunyai
hubungan dengan saluran pencernaan yang berfungsi sebagai saluran untuk
mengekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang berguna
untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ tambahan yang
berfungsi sebagai kelenjar pencernaan yaitu hati, pankreas dan limpa (North,
1978). Keterangannya sebagai berikut.
a.
Hati
Hati
terletak diantara empedal dan kantong
empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari dua lobus,
yaitu lobus dexter dan sinister.
Hati mengeluarkan cairan berwarna hijau kekuningan yang
berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di
dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah
kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk
mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan
energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam
urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).
b.
Pankreas
Pankreas
terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke
duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang
mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
c.
Limpa
Limpa berbentuk agak bundar, berwarna
kecoklatan dan terletak pada titik antara kelenjar lambung, empedal, dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari
limpa sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam
darah.
C. Sistem Pencernaan pada Aves
Pada
prinsipnya sistem pencernaan aves dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Sistem pencernaan secara mekanis
Secara mekanis di rongga mulut bahan
pakan didorong secara mekanis oleh lidah menuju kerongkongan (oesophagus)
dan menuju tembolok, selanjutnya didorong menuju empedal dan di dalam empedal
bahan makanan mengalami proses pengecilan partikel secara mekanis agar luas
permukaan serapannya menjadi lebih luas atau lebar dan enzim pencernaan dapat
melakukan penetrasi lebih dalam.
2.
Sistem pencernaan secara enzimatis
Kelenjar yang banyak di dalam tubuh
burung mampu mencerna pakan secara enzimatis, di dalam rongga mulut bahan
makanan dicerna oleh amilase ptialin untuk mengubah pati menjadi karbohidrat
yang lebih sederhana. Di dalam lambung, pakan yang dalam proses pencernaan
diasamkan oleh keberadaan asam klorida (HCI) atau asam lambung. Asam ini sangat
penting untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin yang sangat dibutuhkan
untuk mencerna protein menjadi pepton (senyawa protein yang lebih sederhana)
sehingga dapat diserap oleh usus halus.
Kemudian pencernaan didorong menuju
usus halus yang terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan illeum. Pada
dinding doudenum ini terdapat pankreas yang menghasilkan beberapa enzim seperti
amilase dan lipase. Amilase untuk mencerna pati menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana. Lipase untuk mencerna lemak menjadi asam lemak yang akan diserap
oleh usus halus. Kemudian mengalami absorbsi nutrien dalam usus halus dan selanjutnya
didorong menuju usus besar dan mengalami absorbsi nutrien.
3. Sistem pencernaan secara biologis
Secara
biologis sistem pencernaan ini dilakukan oleh mikroba sehingga proses
pencernaan ini kemudian disebut pencernaan secara mikrobiologis. Proses
pencernaan secara mikrobiologis terjadi ketika pencernaan tertahan di dalam
usus besar, seperti sekum dan usus besar.
D.
Proses
Pencernaan pada Saluran Pencernaan Aves
1. Proses di dalam rongga mulut
Di
dalam rongga mulut, pakan dicampur dengan air ludah dan enzim air ludah (saliva).
Air ludah ini berfungsi sebagai bahan lubrikasi, air ludah juga berfungsi
sebagai enzim dalam proses pencernaan secara enzimatis. Komposisi air ludah
didominasi oleh air yang mengandung 99 % air dan 1% campuran mucin, mineral dan
α-amilase. Amilase saliva mencerna pati (amilum) dan polisakarida sejenis serta
dapat aktif hingga ujung kerongkongan.
2. Proses di dalam tembolok (crop)
Tembolok
(crop) terdapat di dalam tenggorokan
bagian akhir. Tenggorokan merupakan saluran penghubung antara rongga mulut
dengan lambung. Di bagian ini pakan tidak mengalami proses pencernaan apapun.
Pakan hanya melewati saluran ini saja. Pakan dapat lewat dan melalui bagian ini
dengan lancar dikarenakan peristiwa peristaltis dinding saluran oesophagus
serta gaya gravitasi bumi yang membantu menarik pakan masuk menuju organ
pencernaan berikutnya. Ketika pakan memasuki rongga mulut, pakan dapat masuk ke
tenggorokan dengan bantuan lidah kaku yang terdapat pada pangkal (bagian belakang)
rongga mulut tersebut.
Organ
ini merupakan tempat penampungan, penimbunan, pelunakan dan penyimpanan pakan
yang masuk untuk sementara waktu. Di bagian ini pakan yang dikumpulkan
ditampung dan ditimbun sebanyak mungkin dan selanjutnya mengalami proses
perendaman oleh pengaruh cairan yang disekresikan atau dikeluarkan oleh dinding
tembolok sehingga menjadi lebih lunak.
Pelunakan
ini sangat penting untuk memudahkan proses pembongkaran fisik pakan dan
memudahkan enzim pencernaan melakukan penetrasi ke dalam pakan. Bagi burung,
tembolok merupakan organ yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Kontrol ini pada
burung diatur oleh 2 hal yaitu kontrol fisik dan kontrol khemis. Secara fisik,
burung akan merasa lapar bila tembolok kosong dan sebaliknya jika penuh akan
merasa kenyang. Secara khemis, rasa lapar dipengaruhi oleh kadar gula (glukosa)
dalam darah. Apabila kadar glukosa darah turun hingga di bawah ambang batas
lapar, burung akan mulai merasa lapar. Jika burung mulai makan, kadar glukosa
naik hingga mencapai ambang batas kenyang, burung akan merasa nyaman dan
menghentikan aktivitas makannya.
Pada
pagi hari, tembolok burung kosong dan burung merasa lapar. Apabila burung
makan, pakan akan langsung dilewatkan dari kerongkongan menuju kelenjar lambung
tanpa masuk tembolok terlebih dahulu. Apabila burung makan terus, pakan yang
antri dicerna akan tertahan dan transit terlebih dahulu di tembolok. Apabila
tembolok telah penuh, burung akan merasa kenyang secara fisik. Burung akan
segera berhenti makan meskipun sebenarnya kebutuhan energinya belum terpenuhi.
Apabila pakan yang dikonsumsi mengandung energi tinggi maka apabila kebutuhan
energinya telah terpenuhi, burung akan merasa kenyang secara khemis. Burung
akan segera berhenti makan meskipun temboloknya belum penuh terisi pakan.
3. Proses di dalam kelenjar lambung (proventriculus)
Kelenjar
lambung (proventriculus) yang asam
karena pengaruh asam lambung (HCI) akan menghentikan aktivitas enzim amilase
saliva. Tingkat keasaman (pH) pada organ ini berkisar pada 2,0 yang masuk dalam
kriteria sangat asam. Enzim yang aktif pada kelenjar lambung adalah pepsin dan
renin. Selain kedua enzim tersebut, pada kelenjar lambung juga disekresikan
cairan yang mengandung air, garam an- organik, pepsinogen dan lipase. Pepsinogen
melakukan pencernaan protein secara tidak langsung. Lipase lambung melakukan pemecahan
lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Di dalam kelenjar lambung tidak terjadi
pencernaan karbohidrat secara spesifik.
4. Proses di dalam empedal (gizzard)
Proses
pelumatan pakan di dalam empedal dibantu oleh grit. Grit umumnya berupa kerikil
atau batu kecil, pecahan kaca, remukan kerang. Grit ini membantu empedal dalam
melumatkan pakan menjadi partikel-partikel lebih kecil agar permukaan pakan
lebih luas dalam menerima penetrasi enzim-enzim pencernaan. Proses pelumatan
pakan ini sangat penting dalam proses pencernaan pakan. Semakin banyak bagian
pakan yang terkena penetrasi enzim pencernaan maka semakin besar kesempatan
nutrien tercerna menjadi nutrien-nutrien yang siap diserap dan dipergunakan
dalam proses metabolisme.
5. Proses di dalam usus halus (intestinum tenue)
Usus
halus (intestinum tenue) terdiri atas duodenum, jejunum dan
ileum. Duodenum merupakan tempat utama absorbsi nutrien pakan yang telah
tercerna. Absorbsi nutrien oleh duodenum ini dibantu oleh sekresi empat cairan,
yaitu cairan duodenum, cairan empedu, cairan pankreas dan cairan usus. Fungsi
usus adalah melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana asam dari
kelenjar lambung.
Cairan
(garam) empedu dihasilkan oleh hati, cairan ini mengandung asam empedu dan zat
warna empedu (K+
dan Na+)
dengan mengemulsikan lemak, mengaktifkan fungsi lipase pankreas serta
menstabilkan emulsi dengan cara menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol.
6. Proses di dalam usus besar (intestinum crassum atau rektum)
Di
dalam usus besar (intestinum crassum atau rektum) masih terdapat substansi pakan yang
belum atau tidak tercerna dan tidak terabsorbsi oleh usus halus, seperti
selulosa dan hemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa tidak terhidrolisis oleh
enzim apapun yang dihasilkan aves.
7. Proses di dalam sekum dan kolon
Di
dalam sekum dan kolon terdapat kegiatan jasad renik, seperti bakteri
proteolitik dengan fungsi utama mencerna protein-protein yang belum tercerna di
usus halus seperti skatole, indole, fenol, asam-asam lemak, H2S,
asam-asam amino.
Selain
pencernaan protein tahap kedua tersebut, di dalam sekum juga terjadi
proses hidrolisis selulosa dan hemiselulosa secara sangat terbatas. Selain itu
jasad renik yang terdapat pada sekum juga mensintesis vitamin B (sebagian kecil
diabsorbsi). Sintesis vitamin B ini seakan tidak terlalu penting lagi karena
setelah sekum tidak terdapat lagi organ yang secara signifikan mengabsorbsi
nutrien.
DAFTAR PUSTAKA
Noer, Tjandrakirana S. 2007. Struktur Hewan Jilid II. Surabaya : Unesa University Press
http://sellaroro.blogspot.com/2013/05/sistem-pencernaan-aves.html/ diakses pada
tanggal 25 September 2014 pukul 22.00 WIB.
http://berbagiinformasiburungunggas.blogspot.com/p/sistem-pencernaan-burung.html/ diakses pada
tanggal 25 September 2014 pukul 22.30 WIB.
http://biologigonz.blogspot.com/2010/06/aves.html/ diakses pada
tanggal 25 September 2014 pukul 22.40 WIB.
http://manisnyadunia.blogspot.com/2012/06123/sistempencernaanaves.html/ diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul 22.45
WIB.
artikel ini sangat bermanfaaat karena bisa digunakan sebagai bahan ajar.. lengkap dengan dasar teori yang relevan.. makasih yaa
BalasHapus