Jumat, 19 Desember 2014

Sistem Pencernaan Aves



SISTEM PENCERNAAN AVES






Disusun Oleh (Kelompok 4) :
1.     Amanda Gita Prameswari            (12030654002)
2.     Jannatin Aliyah                             (12030654005)
3.     Luluk Imasnuna                           (12030654024)
4.     Saif Rachmat Arif                         (12030654033)
5.     Indah Kurniati                              (12030654043)


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN IPA A 2012
2014

A.    Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup memroses sebuah zat, dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi.

B.     Organ Pencernaan pada Aves
Organ pencernaan pada aves terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan dari avs, misalnya burung bermacam-macam yaitu biji-bijian, buah-buahan, dan hewan kecil. Keterangan organ pencernaan sebagai berikut.
1.      Saluran Pencernaan pada Aves
a.       Mulut
Aves tidak mempunyai  bibir, lidah, pipi dan gigi sejati,  bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel (North, 1978). Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke kerongkongan sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang (Akoso, 1993). Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke kerongkongan (Nesheim et al., 1979). Di dalam mulut tidak diproduksi amilase (Nesheim et al., 1972). Air diambil dengan cara menyendok saat minum dengan menggunakan paruh dan masuk ke dalam kerongkongan setelah kepala menengadah dengan memanfaatkan gaya gravitasi (North, 1978).
b.      Kerongkongan (oesophagus)

Kerongkongan (oesophagus) merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan faring pada bagian atas dan kelenjar lambung pada bagian bawah (North, 1978). Fungsi kerongkongan adalah menyalurkan makanan ke tembolok (Sarwono, 1988). Dinding kerongkongan dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok.
c.       Tembolok (crop)
Tembolok (crop) mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari kerongkongan. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Tembolok berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke kelenjar lambung (Nesheim et al., 1979).  Pakan unggas yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso, 1993). Hal ini disebabkan pada tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan getah yang berfungsi untuk melunakkan makanan (Sudaryati, 1994).
d.      Kelenjar lambung (proventriculus)
Kelenjar lambung (proventriculus) merupakan perbesaran terakhir dari kerongkongan dan merupakan kelenjar lambung sejati dari ayam. Juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein (Nesheim et al., 1979). Sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar lambung begitu makanan melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis (Akoso, 1993). Karena makanan berjalan cepat  dalam jangka waktu yang pendek di dalam kelenjar lambung maka pencernaan pada material makanan secara enzimatis sedikit terjadi (North, 1978).
e.       Empedal (gizzard atau ventriculus)


Empedal (gizzard atau ventriculus) berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah. Bagian atas lubang masuk  berasal dari kelenjar lambung dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke duodenum (Nesheim et al., 1979). Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila unggas dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut (Akoso, 1993). Empedal disebut pula otot kelenjar lambung yang terletak diantara kelenjar lambung dan batas atas dari usus halus. Empedal mempunyai otot-otot yang kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai mukosa yang tebal (North, 1978). Perototan empedal dapat melakukan gerakan meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit (Akoso, 1993). Fungsi empedal adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan grit dan batu-batu kecil yang berada dalam empedal yang ditelan oleh ayam (Nesheim et al., 1979). Partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam empedal sehingga dapat masuk ke saluran usus halus (North, 1978).

f.       Usus halus (intestinum tenue)
 Usus halus (intestinum tenue) memanjang dari empedal sampai usus besar dan terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum berbentuk huruf  V dengan bagian pars descendens sebagai bagian yang turun dan bagian pars ascendens sebagai bagian yang naik. Menurut Akoso (1993) selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas permukaan penyerapan nutrien. Pada bagian duodenum disekresikan enzim pankreatik yang berupa enzim amilase, lipase dan tripsin. Ada beberapa enzim yang dihasilkan oleh dinding sel dari usus halus yang dapat mencerna protein dan karbohidrat (North, 1978). Pencernaan pakan ayam di dalam usus halus secara enzimatik dengan berfungsinya enzim-enzim terhadap protein lemak dan karbohidrat. Protein oleh pepsin dan khemotripsin akan diubah menjadi asam amino. Lemak oleh lipase akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Karbohidrat oleh amilase akan diubah menjadi disakarida dan kemudian menjadi monosakarida.
g.      Usus buntu (ceca)
Usus buntu (ceca) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja (Akoso, 1993). Fungsi utama usus buntu secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat  sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air (North, 1978). Di dalamnya juga terjadi pencernaan serat oleh aktivitas mikroorganisme (Nesheim et al., 1979).
h.      Usus besar (intestinum crassum atau rektum)
 Usus besar (intestinum crassum atau rektum) berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter usus halus dan berakhir pada kloaka (North, 1978). Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan kloaka (Akoso, 1993). Pada usus besar terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan  mengatur keseimbangan air pada unggas (North, 1978). 
i.        Kloaka
Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka merupakan lubang pelepasan sisa-sisa pencernaan, urin dan merupakan muara saluran reproduksi (North, 1978). Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat dikeluarkan melalui kloaka bersama  tinja dengan bentuk seperti pasta putih (Akoso, 1993). Pada kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai muara saluran kencing dan kelamin, coprodeum sebagai muara saluran makanan dan proctodeum sebagai lubang keluar  dan bagian luar yang berhubungan dengan udara luar disebut vent (Nesheim et al., 1979). Kloaka pada bagian terluar mempunyai lubang pelepasan yang disebut vent, yang pada betina lebih lebar dibanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur (North, 1978).

Sumber : http://wandylee.wordpress.com
Gambar 1 : Organ pencernaan burung
Sumber : http://wandylee.wordpress.com








2.      Kelenjar Pencernaan pada Aves
Pada saluran pencernaan aves juga terdapat organ tambahan yang mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ tambahan yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan yaitu hati, pankreas dan limpa (North, 1978). Keterangannya sebagai berikut.
a.       Hati
Hati terletak diantara empedal dan kantong empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari  dua  lobus,  yaitu  lobus dexter  dan  sinister.   Hati  mengeluarkan   cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).
b.      Pankreas
Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
c.       Limpa
Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik antara kelenjar lambung, empedal, dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.

C.    Sistem Pencernaan pada Aves
Pada prinsipnya sistem pencernaan aves dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.      Sistem pencernaan secara mekanis
Secara mekanis di rongga mulut bahan pakan didorong secara mekanis oleh lidah menuju kerongkongan (oesophagus) dan menuju tembolok, selanjutnya didorong menuju empedal dan di dalam empedal bahan makanan mengalami proses pengecilan partikel secara mekanis agar luas permukaan serapannya menjadi lebih luas atau lebar dan enzim pencernaan dapat melakukan penetrasi lebih dalam.
2.      Sistem pencernaan secara enzimatis
Kelenjar yang banyak di dalam tubuh burung mampu mencerna pakan secara enzimatis, di dalam rongga mulut bahan makanan dicerna oleh amilase ptialin untuk mengubah pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Di dalam lambung, pakan yang dalam proses pencernaan diasamkan oleh keberadaan asam klorida (HCI) atau asam lambung. Asam ini sangat penting untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin yang sangat dibutuhkan untuk mencerna protein menjadi pepton (senyawa protein yang lebih sederhana) sehingga dapat diserap oleh usus halus.
Kemudian pencernaan didorong menuju usus halus yang terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan illeum. Pada dinding doudenum ini terdapat pankreas yang menghasilkan beberapa enzim seperti amilase dan lipase. Amilase untuk mencerna pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Lipase untuk mencerna lemak menjadi asam lemak yang akan diserap oleh usus halus. Kemudian mengalami absorbsi nutrien dalam usus halus dan selanjutnya didorong menuju usus besar dan mengalami absorbsi nutrien.
3.      Sistem pencernaan secara biologis

Secara biologis sistem pencernaan ini dilakukan oleh mikroba sehingga proses pencernaan ini kemudian disebut pencernaan secara mikrobiologis. Proses pencernaan secara mikrobiologis terjadi ketika pencernaan tertahan di dalam usus besar, seperti sekum dan usus besar.
Gambar 2 : Sistem pencernaan pada Burung
Sumber : http://jejaksiganteng.blogspot.com

D.    Proses Pencernaan pada Saluran Pencernaan Aves
1.      Proses di dalam rongga mulut
Di dalam rongga mulut, pakan dicampur dengan air ludah dan enzim air ludah (saliva). Air ludah ini berfungsi sebagai bahan lubrikasi, air ludah juga berfungsi sebagai enzim dalam proses pencernaan secara enzimatis. Komposisi air ludah didominasi oleh air yang mengandung 99 % air dan 1% campuran mucin, mineral dan α-amilase. Amilase saliva mencerna pati (amilum) dan polisakarida sejenis serta dapat aktif hingga ujung kerongkongan.
2.      Proses di dalam tembolok (crop)
Tembolok (crop) terdapat di dalam tenggorokan bagian akhir. Tenggorokan merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di bagian ini pakan tidak mengalami proses pencernaan apapun. Pakan hanya melewati saluran ini saja. Pakan dapat lewat dan melalui bagian ini dengan lancar dikarenakan peristiwa peristaltis dinding saluran oesophagus serta gaya gravitasi bumi yang membantu menarik pakan masuk menuju organ pencernaan berikutnya. Ketika pakan memasuki rongga mulut, pakan dapat masuk ke tenggorokan dengan bantuan lidah kaku yang terdapat pada pangkal (bagian belakang) rongga mulut tersebut.
Organ ini merupakan tempat penampungan, penimbunan, pelunakan dan penyimpanan pakan yang masuk untuk sementara waktu. Di bagian ini pakan yang dikumpulkan ditampung dan ditimbun sebanyak mungkin dan selanjutnya mengalami proses perendaman oleh pengaruh cairan yang disekresikan atau dikeluarkan oleh dinding tembolok sehingga menjadi lebih lunak.
Pelunakan ini sangat penting untuk memudahkan proses pembongkaran fisik pakan dan memudahkan enzim pencernaan melakukan penetrasi ke dalam pakan. Bagi burung, tembolok merupakan organ yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Kontrol ini pada burung diatur oleh 2 hal yaitu kontrol fisik dan kontrol khemis. Secara fisik, burung akan merasa lapar bila tembolok kosong dan sebaliknya jika penuh akan merasa kenyang. Secara khemis, rasa lapar dipengaruhi oleh kadar gula (glukosa) dalam darah. Apabila kadar glukosa darah turun hingga di bawah ambang batas lapar, burung akan mulai merasa lapar. Jika burung mulai makan, kadar glukosa naik hingga mencapai ambang batas kenyang, burung akan merasa nyaman dan menghentikan aktivitas makannya.    
Pada pagi hari, tembolok burung kosong dan burung merasa lapar. Apabila burung makan, pakan akan langsung dilewatkan dari kerongkongan menuju kelenjar lambung tanpa masuk tembolok terlebih dahulu. Apabila burung makan terus, pakan yang antri dicerna akan tertahan dan transit terlebih dahulu di tembolok. Apabila tembolok telah penuh, burung akan merasa kenyang secara fisik. Burung akan segera berhenti makan meskipun sebenarnya kebutuhan energinya belum terpenuhi. Apabila pakan yang dikonsumsi mengandung energi tinggi maka apabila kebutuhan energinya telah terpenuhi, burung akan merasa kenyang secara khemis. Burung akan segera berhenti makan meskipun temboloknya belum penuh terisi pakan.
3.      Proses di dalam kelenjar lambung (proventriculus)
Kelenjar lambung (proventriculus) yang asam karena pengaruh asam lambung (HCI) akan menghentikan aktivitas enzim amilase saliva. Tingkat keasaman (pH) pada organ ini berkisar pada 2,0 yang masuk dalam kriteria sangat asam. Enzim yang aktif pada kelenjar lambung adalah pepsin dan renin. Selain kedua enzim tersebut, pada kelenjar lambung juga disekresikan cairan yang mengandung air, garam an- organik, pepsinogen dan lipase. Pepsinogen melakukan pencernaan protein secara tidak langsung. Lipase lambung melakukan pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Di dalam kelenjar lambung tidak terjadi pencernaan karbohidrat secara spesifik.
4.      Proses di dalam empedal (gizzard)
Proses pelumatan pakan di dalam empedal dibantu oleh grit. Grit umumnya berupa kerikil atau batu kecil, pecahan kaca, remukan kerang. Grit ini membantu empedal dalam melumatkan pakan menjadi partikel-partikel lebih kecil agar permukaan pakan lebih luas dalam menerima penetrasi enzim-enzim pencernaan. Proses pelumatan pakan ini sangat penting dalam proses pencernaan pakan. Semakin banyak bagian pakan yang terkena penetrasi enzim pencernaan maka semakin besar kesempatan nutrien tercerna menjadi nutrien-nutrien yang siap diserap dan dipergunakan dalam proses metabolisme.
5.      Proses di dalam usus halus (intestinum tenue)
Usus halus (intestinum tenue) terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan tempat utama absorbsi nutrien pakan yang telah tercerna. Absorbsi nutrien oleh duodenum ini dibantu oleh sekresi empat cairan, yaitu cairan duodenum, cairan empedu, cairan pankreas dan cairan usus. Fungsi usus adalah melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana asam dari kelenjar lambung.
Cairan (garam) empedu dihasilkan oleh hati, cairan ini mengandung asam empedu dan zat warna empedu (K+ dan Na+) dengan mengemulsikan lemak, mengaktifkan fungsi lipase pankreas serta menstabilkan emulsi dengan cara menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
6.      Proses di dalam usus besar (intestinum crassum atau rektum)
Di dalam usus besar (intestinum crassum atau rektum) masih terdapat substansi pakan yang belum atau tidak tercerna dan tidak terabsorbsi oleh usus halus, seperti selulosa dan hemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa tidak terhidrolisis oleh enzim apapun yang dihasilkan aves.
7.      Proses di dalam sekum dan kolon
Di dalam sekum dan kolon terdapat kegiatan jasad renik, seperti bakteri proteolitik dengan fungsi utama mencerna protein-protein yang belum tercerna di usus halus seperti skatole, indole, fenol, asam-asam lemak, H2S, asam-asam amino. Selain pencernaan  protein tahap kedua tersebut, di dalam sekum juga terjadi proses hidrolisis selulosa dan hemiselulosa secara sangat terbatas. Selain itu jasad renik yang terdapat pada sekum juga mensintesis vitamin B (sebagian kecil diabsorbsi). Sintesis vitamin B ini seakan tidak terlalu penting lagi karena setelah sekum tidak terdapat lagi organ yang secara signifikan mengabsorbsi nutrien.




DAFTAR PUSTAKA
Noer, Tjandrakirana S. 2007. Struktur Hewan Jilid II. Surabaya : Unesa University Press
http://sellaroro.blogspot.com/2013/05/sistem-pencernaan-aves.html/ diakses  pada tanggal 25 September 2014 pukul 22.00 WIB.
http://berbagiinformasiburungunggas.blogspot.com/p/sistem-pencernaan-burung.html/ diakses  pada tanggal 25 September 2014 pukul 22.30 WIB.
http://biologigonz.blogspot.com/2010/06/aves.html/ diakses  pada tanggal 25 September 2014 pukul 22.40 WIB.
http://manisnyadunia.blogspot.com/2012/06123/sistempencernaanaves.html/ diakses  pada tanggal 25 September 2014 pukul 22.45 WIB.

1 komentar:

  1. artikel ini sangat bermanfaaat karena bisa digunakan sebagai bahan ajar.. lengkap dengan dasar teori yang relevan.. makasih yaa

    BalasHapus